Begitu saja sebentar kita tiba di Pulau Tidung Besar, Kita bisa melihat beberapa becak motor, bentor namanya, yang berderet di dekat pintu masuk pelabuhan. Bentor berperan sebagai salah satu alat tranportasi di pulau tersebut. Alat kendaraan umum ini 1-2 kali saya jumpai di pulau Sumatera.
Oleh karena itu, saya pun sedikit kaget sebab bentor juga ada di pulau ini dengan julukan yang sama. Berdasarkan salah satu supir bentor, sejumlah masyarakat di pulau ini sebenarnya berasal dari Sumatera. So, ungkap dia, ada kemungkinan becak motor terbawa dari pulau tersebut.
Yang Unik di Pulau Tidung
Penumpang Bentor di Pulau Tidung |
Alat kendaraan umum yang lain adalah sepeda. Harga sewa sepeda pada umumnya masuk dalam harga tur. Sepeda kelihatannya menjadi alat transportasi unggulan di pulau tersebut disamping motor. Muter-muter pulau dengan memakai sepeda jadi hal yang mengasyikan. Tidak ada macet yang menghantui. Bahkan serobotan dengan mobil pun tidak ada. Saya tak menemukan adanya kendaraan roda empat di pulau tersebut.
Paling cuma perlu mengalah sejenak jika berhadapan dengan sepeda maupun motor yang lain karena sebab cukup kecilnya jalan di Tidung. Kira-kira dapat disebut layaknya jalan tikus seperti dengan di daerah kota besar Jakarta.
Area wisata unggulan di Tidung ialah Jembatan Cinta. Jembatan itu menghubungkan antara Kepulauan Tidung Besar dengan Kepulauan Tidung Kecil. Di sekitar jembatan tersebut, wisatawan bisa menjumpai berbagai permainan wisata air, misalnya banana boat, donut boat, dan sebagainya. Namun saya paling suka melihat ke beragam bagian pulau yang menyediakan keindahan cantik yang rupawan.
Di sisi barat Kepulauan Tidung Besar, ada beberapa area yang menarik untuk mengambil gambar dan berenang. Airnya lumayan cetek dan jernih sekali di pantai tersebut. Di area tersebut, ada suatu kedai yang menyediakan kuliner dan air kelapa. Harga sebuah kelapa yaitu Rp 15.000 per buah. Sedikit mahal karena berdasarkan ucapan pemilik kedai, buah kelapa mesti “dikirim” dari pulau lain.